Contoh Bentuk Adaptasi Tingkah Laku (Behavioral) Pada Makhluk Hidup - Ilmu Biologi
Makhluk
hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar habitat
tempat hidupnya tidak terkecuali manusia. Adaptasi yang dilakukan
makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari kondisi
lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan. Di bawah ini adalah
merupakan beberapa bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation) pada binatang / hewan di sekitar kita disertai pengertian dan arti definisi :
1. Mimikri
Mimikri
adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti misalnya
bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar
dapat mengelabuhi binatang predator / pemangsa sehingga sulit mendeteksi
keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan
hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang
pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain
sebagainya.
2. Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman).
Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti beruang
pada musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit,
karena selama masa itu biantang yang berhibernasi akan memiliki suhu
tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat, pernapasan yang lambat,
dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah
masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular,
ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.
3. Autotomi
Autotomi
adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian
tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak/cecak yang biasa hidup di
dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega
memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang
putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian
sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga
cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa.
4. Estivasi
Estivasi adalah menonaktivkan diri (dorman)
pada saat kondisi lingkungan tidak bersahabat. Bedanya dengan hibernasi
adalah di mana pada estivasi dilakukan pada musim panas dengan suhu
udara yang panas dan kering. Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai, lemur
kerdil, dll akan mengestivasi diri di tempat yang aman dan terlindung.
Pada tumbuhan estivasi juga dilakukan oleh oleh pohon jati dengna
meranggas atau menggugurkan daun.
5. Simbiosis Rayap dan Flagellata
Rayap
membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk
mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak
akan mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam tubuhnya. Rayap-rayap
kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata dengan jalan menjilat
dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan aktivitas ganti
kulit dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan
kulit yang mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam usus
pencernaannya.
6. Pernapasan Ikan Paus
Ikan
paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki
paru-paru yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal
setiap setangah jam sekali. Ikan paus ketika muncuk ke permukaan akan
membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur yang berisi
karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang terkondensasi.
7. Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi
dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih
secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit
perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan
dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif
bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui
berperilaku dorman adalah kuncup.
PENYEBAB TERJADINYA DORMANSI
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
- Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air.
- Proses respirasi tertekan/terhambat.
- Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
- Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi
dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika
masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut
terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan
oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio
atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
- Innate dormansi (dormansi primer)
- Induced dormansi (dormansi sekunder)
- Enforced dormansi
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
- Dormansi Fisik, dan
- Dormansi Fisiologis
Dormansi
Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan
biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai "Benih keras"
karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari
lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan
paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan
kutikula.
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Di
sini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio.
Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada
dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau
jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel
misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya
sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini
terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
Dormansi
Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada
umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat
maupun perangsang tumbuh
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
Immaturity Embrio
Pada
dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan
sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu
ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban
tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk
secara sempurna dan mampu berkecambah.
After ripening
Benih
yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan
tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka
waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap
perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah
benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini
berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung
dari jenis benihnya.
Dormansi Sekunder
Dormansi
sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun
berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak
menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan
kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder
ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk
berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada
benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga
dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi
pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan
sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi
ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam
embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada
tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene,
Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll.
Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
Tipe
dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi
dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih
dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh
kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
Cara praktis memecahkan dormansi pada benih tanaman pangan.
Untuk
mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak
dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu
dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya
tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui
dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat
dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
Dengan perlakuan mekanis.
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi
mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas
amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun
dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
Dengan perlakuan kimia.
Tujuan
dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam
sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi
lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
- Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
- Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
- Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan
kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam
hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga
digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil
(IAA).
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
Caranya
yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C
dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk
benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2
menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi).
Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang
berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau
terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya
berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya
yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.